
Tidak
terkendalinya harga pangan lokal dan membanjirnya pangan impor menimbulkan
permasalahan sosial sendiri bagi ketahanan pangan nasional. Sebagai negara
agraria Indonesia seharusnya memiliki kemampuan pertahanan pangan yang baik.
Namun, hal itu sirna sejak Orde Baru melakukan penyeragaman pangan nasional.
Hal ini seolah menjadi kebiasaan masyarakat yang sudah tertanam sejak puluhan
tahun. Akibatnya kegagalan panen akibat perubahan iklim menjadikan krisis
pangan kian nyata. Maka, penguatan kearifan lokal pangan nasional menjadi
penting ditengah ketidakstabilan harga pangan lokal.
Hampir punahnya kearifan lokal pangan nasional tidak
terlepas dari peran pemerintah Orde Baru. Penyeragaman pangan menjadi program
nasional yang diterapkan diseluruh wilayah nusantara. Hal ini berdampak pada perubahan
pola konsumsi masyarakat Indonesia. Akibatnya, keterbiasaan mengonsumsi aneka
pangan seperti singkong, jagung, sagu, ubi jalar, dan talas, hilang yang
kemudian digantikan oleh beras sebagai bahan pangan utama. Ketergantungan
pangan pada satu jenis (homogeny) dan
membanjirnya pangan impor menjadikan Indonesia tamu di negeri sendiri.